Lembaran Baru

Adikku…
Hari ini, 31 Mei 2013 janji suci telah terucap dari seorang lelaki yang sekarang menjadi belahan jiwamu. Barakallah atas pernikahan kalian. Semoga pernikahan membuat kalian jauh lebih baik dari saat kalian masih sendiri.

Adikku…
Janji suci yang terucap hari ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan ujian. Ada kalanya kalian diuji dengan kekurangan. Ada saat-saat tertentu kalian diuji dengan kesetiaan. Ada masanya kalian diuji dengan sakit. Ingatlah adikku, berat ringannya ujian-ujian itu tergantung bagaimana kalian menilainya. Tetaplah berprasangka positif pada Allah atas semua ujian yang kelak akan menimpa kalian. Ujian-ujian itu akan mengokohkan ikatan suci kalian selama kalian saling percaya dan tidak saling menyalahkan.

Adikku…
Janji suci yang terucap hari ini menempatkanmu sebagai seorang istri dari lelaki pilihanmu. Seorang perempuan, setinggi apapun pendidikannya, sekuat apapun posisinya, jika dia menerima seorang lelaki untuk menjadi suaminya, maka dia harus tunduk pada sang suami selama tidak bermaksiat terhadap Allah. Maka dari itu adikku, engkau harus bisa menempatkan diri sebagai istri. Tunduklah pada suamimu. Pasrahkan cintamu, jiwamu, ragamu, hormatmu, pengabdianmu, sepenuhnya pada suamimu. Sebab dengan begitu Allah akan senantiasa tumbuhkan rasa cinta dihati suamimu.

Adikku….
Pernikahan adalah penyatuan dua jiwa yang berbeda. Perbedaan akan membuat gesekan yang akan memercikkan api yang bisa kapan saja memberangus cinta kasih kalian. Karena itu adikku, bijaksanalah menghadapi perbedaan kalian. Komunikasi dan keterbukaan masing-masing dari kalian akan membuat berbedaan diantara kalian bisa saling melengkapi dan mengisi.

Adikku….
Sebagai seorang istri, engkau harus memiliki kesabaran seluas samudra yang seolah tak bertepi. Kesabaranmu akan meluluhkan kerasnya hati suamimu. Pun engkau harus memiliki kata maaf tak terkira banyaknya. Meminta maaf atas perselisihan-perselisihan kalian tidak akan menempatkanmu pada posisi bersalah. Karena tidak perlu dicari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam perselisihan itu. Yang perlu dicari adalah solusi yang cerdas. Kata maafmu akan membuat suamimu sangat menghormatimu sebagai seorang yang berjiwa besar.

Adikku….
Mencintai dan memiliki seseorang berarti engkau harus siap kehilangan dia. Janganlah engkau terlena karena Allah bisa kapan saja mengambil orang yang engkau cintai. Maka dari itu adikku, cintailah suamimu dengan sebenar-benarnya cinta hingga Allah memisahkan kalian.

Adikku…
Selamat membuka lembaran baru dalam hidupmu. Semoga pernikahanmu sakinah mawaddah wa rahma.

#Sebuah renungan untuk adikku Intan Wahyuningtyas

Dian Widyaningtyas
Tender Love and Care
May 31th, 2013
On a rainy afternoon at Jombang

Posted from WordPress for BlackBerry.

Kumpulan Puisi Mini

Tahukah kau Mentari?
Rembulan & gemintang tak sanggup menggantikanmu
Bagiku mereka adalah kesedihan
Sedangkan dirimu adalah keceriaan #puisimini

Biarlah waktu menjadi milik kami
diantara berlalunya sang waktu
merajut jalinan kisah sepi
bersama asa yg buntu #puisimini

Rembulan dan sepasukan bintang adalah pujangga-pujangga bisu
yang melantunkan sajak-sajak sepi
pada sisa-sisa malamku yg sendu #puisimini

Mengembara sendiri di ujung malam
kucoba luruhkan luka hati
yang tertikam seribu belati
dari sebuah kesalahpahaman #puisimini

Diiringi kidung pagi
langkah kaki serasa ringkih
menapak masa lalu
di kota kecilku #puisimini

Cinta dua dunia
cinta tak terungkap kata
selayaknya cinta
dia mendamba tuk bersua #puisimini

Akulah sang pujangga
yg merubah setiap lekuk tubuhmu menjadi mantera-mantera cinta
dan melesakkannya di dasar jiwa #puisimini

Duka adalah sahabatku
Dia selalu menyapa hatiku
Sepi adalah kharibku
Dia setia memeluk jiwaku #puisimini

Kepadanya kutitipkan salam
Lewat angin yg membelai rambutnya
Kepadanya kutitipkan doa
Lewat udara yg menelusup ke dadanya
Kepadanya kutitipkan kisah
Lewat dedaunan di ranting cemara #puisimini

Kangen
Sepi dalam keramaian
Sedih dalam tawa
Hampa #puisimini

Taken from @tyastlc  #puisimini

Sepotong Episode Bersama Ayah

Menjelang senja di sebuah bangunan setengah jadi yang masih menyisahkan bau semen sisa pemasangan keramik. Aku sedang berkeliling mengamati hasil kerja para tukang bangunan. Ditingkahi kelebatan-kelebatan momen bersama belahan jiwa, momen yang belum begitu lama berlalu, saat segalanya masih indah dan penuh asa, saat kami berbagi imajinasi tentang bangunan itu. Sesak tiba-tiba menelusup di hatiku dan butiran-butiran bening berusaha melesak dari kedua mataku.

“Sampean harus bisa melihat ke depan, nduk. Ojo terpaku kebelakang” Kata lelaki tua yang kupanggil Ayah seolah tahu apa yang sedang berkecamuk dalam hati dan pikiranku.

“Sampean harus bisa menerima takdir, ancene cuman semono jodoh sampean” lanjut Ayah.

“Sampean harus bersyukur karena sampean masih punya penghasilan sendiri. Akeh wong wedhok ditinggal mati bojone gak duwe penghasilan. Iku sing kudu sampean syukuri” kata Ayah lagi

“Inggih, Yah” jawabku sambil masih membelakangi Ayah seolah-olah memeriksa bangunan. Padahal aku sedang menyembunyikan manik air mataku dari pandangan Ayah. Tak tega menampakkan duka ini padanya walau aku yakin Ayah pasti bisa merasakan dukaku.

Hatiku makin nelangsa mendengar kata-kata Ayah. Ayah adalah sosok yang tidak banyak bicara. Seperti halnya budaya yang masih berlaku pada sebagian orang Jawa, ada hirarki tak tertulis mengenai hubungan ayah dan anak yang menyebabkan keduanya tidak bisa akrab. Begitu juga hubunganku dengan Ayah walau kasih sayang Ayah kepadaku sangat besar. Kami tidak terbiasa ngobrol santai. Apa yang terucap dari Ayah hanyalah hal-hal yang sangat penting, baginya dan bagi lawan bicaranya. Selebihnya kami hanya saling diam.

Senja makin mendekat. Matahari sudah hendak kembali ke peraduannya yang berhiaskan kelambu jingga. Aku dan Ayah meninggalkan bangunan itu dalam diam.

Dian Widyaningtyas
Tender Loving Care

Selesai Isya’, May 9th, 2013

Titip rindu buat Ayahku tercinta. Semoga segera sembuh. Amin…

Posted from WordPress for BlackBerry.

Tantangan Menulis

Sedih adalah saat kau palingkan perhatianmu dariku

Gundah adalah saat kau tak lagi peduli padaku

Kelam adalah saat malam2ku tanpa sapamu

Sepi adalah saat tak ada lagi candamu untukku

Bingung adalah saat semuanya serba tak pasti

Mati adalah saat kau tak lagi hadir menemani haruiku

 

#Tantangan dari Blogger Kawakan : menulis dalam waktu 5 menit tanpa tombol backspace dan delete

 

Luka Hati Arini, Luka Hati Rara

Jam istirahat kali ini aku meluncur ke Ciputra World, sebuah mall yang cukup megah di kotaku. Aku sedang menunggu seseorang yang hanya pernah kulihat fotonya di facebook. Ah..bodohnya diriku, harusnya kotak pesan itu kusetting supaya orang yang bukan temanku tidak bisa mengirimiku pesan. Kalau saja hal itu kulakukan, aku pasti bisa menghindari pertemuan ini.”Assalamualaikum, perkenalkan saya istrinya mas Anton. Bisakah kita bertemu empat mata?” begitu pesan yang kuterima dari seorang wanita pemilik akun Arini Kusuma.

Sesaat bagai aliran listrik tegangan tinggi menyengatku. Kulihat Anton di seberang sana duduk tenang di meja kerjanya. Kembali aku telusuri huruf demi huruf pesan yang dikirim wanita yang mengaku istrinya Anton. Well, aku bukan pengecut. Akhirnya kami putuskan untuk bertemu disini, tempat yang agak jauh dengan kantorku. Aku harus membuat berbagai alasan untuk bisa ke mall ini sendiri tanpa ditemani Anton. Aku menunggu wanita itu di sebuah rumah makan khas masakan lokal. Suasananya sangat nyaman, bersih dan para pelayannya sangat ramah. Segelas orange juice menemani degup jantungku yang tiba-tiba berdetak tidak menentu. Apakah yang akan dilakukan wanita itu padaku? mencaciku habis-habisan di tempat umum ini? atau menangis memohon rasa ibaku? Ah entahlah….aku pasrah apapun yang akan terjadi padaku.

Jam menunjukkan angka dua belas lewat dua puluh lima menit ketika mataku menangkap sesosok wanita berpenampilan anggun yang berjalan ke arahku. Penampilannya sangat serasi hampir tanpa cela. Gamis warna pastel dan jilbab putih membuatnya terlihat semakin cantik dimataku. Hatiku makin tidak menentu.

“Arini seorang yang sangat perfeksionis. Semua harus sempurna tanpa ada cela. Dia mengungkapkan cintanya dengan sangat sempurna. Tapi dia tidak pernah bisa memahami ungkapan cintaku padanya. Baginya cinta adalah bunga, cinta adalah kata-kata mesrah. Sedangka ungkapan cintaku berbeda” Kata Anton suatu hari diantara kebersamaan kami.

Wanita di depanku ini memang luar biasa. Harusnya Anton merasa beruntung punya istri seperti Arini.

“Assalamualaikum” sapa Arini dengan suara lembut dan santun. “Saya pernah melihat foto mbak Rara di ponsel mas Anton” sambungnya. Itu pasti foto kami saat Anton memaksa boss agar dia bisa menemani perjalanan dinasku ke luar kota. “Harusnya tidak ada jejak apapun yang kau tinggalkan, Anton” kataku dalam hati

“Saya sangat mencintai mas Anton. Semua begitu sempurna sampai enam bulan yang lalu saya menyadari ada yang berubah pada sikapnya” kata Arini masih dengan nada yang sangat tenang. Dia berusaha menekan perasaannya.

Enam bulan yang lalu memang awal kedekatanku dengan Anton. Kami yang sama-sama easy going tiba-tiba saja menjadi sangat nyambung membicarakan banyak hal. Kami tim yang sangat solid di kantor. Aku tidak lebih mengganggapnya sebagai teman, tapi Anton menganggapku lain.

“Aku selalu nyaman di dekatmu. Bersamamu aku bisa menjadi diriku sendiri” kata Anton ketika aku berusaha menjauhinya

“Kau lelaki beristri, Anton. Kau harus sadari itu. Permainan ini harus berakhir” elakku

“Kau anggap ini permainan? Aku mencintaimu, Rara!” setengah berteriak dia.

Hubungan kami memang tidak pernah berakhir hingga detik ini.  Rasa di hatiku semakin hari semakin kuat saja. Ah…andai saat itu aku tegas menyudahi permainan ini, mungkin aku tidak akan terjebak dalam perasaanku sendiri.

“Mbak Rara, saya mohon mbak merelakan kami menata ulang hidup kami kembali” dia raih tanganku. Pertahanannya mulai jebol. Matanya mulai berkaca-kaca walau tidak sampai menangis. Aku tersentak. Sekian detik aku memperhatikan matanya. Aku baru menyadari dibalik sikapnya yang selalu perfeksionis ternyata Arini seorang yang sangat rapuh. Arini begitu terluka.

Aku tidak pernah berniat merebut Anton darinya. Pun ketika hatiku dipenuhi bunga-bunga saat bersamanya. Tak bisa kupungkiri perasaanku, aku juga mencintai Anton walau aku tidak ingin memilikinya. Tapi Arini lebih membutuhkan Anton.

“Arini, maafkan saya” kataku tercekat “Yakinlah bahwa Anton akan tetap menjadi milikmu. Dan saya akan menjauh dari kehidupan kalian. Saya tidak ingin Anton tahu pertemuan kita ini” Aku melihat sebersit senyum di bibirnya. Senyum tulus yang semakin membuatku bersalah.

“Terimakasih mbak Rara. Doakan kami bisa memulai segala sesuatunya kembali” pamitnya.

Aku masih terus memperhatikan langkahnya menjauh. Hingga sosoknya semakin kabur seiring butiran bening menetes di pipiku. Hatiku gerimis. Tak pernah kusangka akan sesakit ini melepas lelaki yang sudah enam bulan mewarnai hari-hariku. Aku sudah memutuskan. Besok aku harus meninggalkan kota ini setelah menyerahkan surat pengunduran diriku ke HRD. Semoga kalian bisa menemukan kebahagiaan kalian kembali.

Dian Widyaningtyas

Tender, Love, and Care

Sidoarjo, very early morning, May 7th, 2013

Senja Yang Menyayat

Senja yang menyayat
Langkah kaki terasa berat
Digelayuti keengganan
Dan hati pun bagai berkarat
Diselimuti kesedihan

Aku bersimpuh di dekatmu
Dengan segala rasa yang berkecamuk
Dengan untaian doa yang tak pernah bosan kulantunkan untukmu
Dengan sekuat daya menahan rasa keterpurukan

Melihat nisanmu masih terasa menyesakkan
Mengeja namamu pada nisan itu masih terasa memilukan
Ternyata aku tidak setegar yang mereka kira
Aku masih saja berkalang dengan kesedihanku

Tyastlc
Senja di pusara belahan jiwa, May 5th, 2013

Posted from WordPress for BlackBerry.

“Blogger Kawakan” Begitu Aku Menyebutnya

Dari sejak pagi kemarin serangkaian obrolan (lumayan) panjang antara aku dan temanku berlangsung sangat menarik. Membuatku begitu antusis melototin salah satu gadgetku yang bernama blackberry. Menunggu ada tanda bintang merah pada aplikasi whatsapp yang kusematkan disana, pertanda ada chat yang baru masuk. Lagi ngobrolin apa sih? Kasih tau gak yaaa??? mau tau aja ato mau tau banget? Napa aku tiba-tiba jadi alay gini ya? #tepok jidattt

Kami ngobrolin seputar web pribadi. Actually…aku lagi minta pertimbangan dia seputar web pribadi yang ingin aku bikin sebagai personal branding. You know, as business owner i think i need to have personal web to support that business. Hadeh…bilang aja klo nafsu narsisnya gak ketulungan qiqiqiqi. Nggak lah…insyaAllah ini akan berguna untuk serangkaian planku di masa depan terkait dengan pengembangan bisnis sampinganku.

Why him? Hmmmm….apa ya alasannya? Karena temanku ini seorang penulis produktif yang sudah berkutat dengan dunia tulis menulis dan blogging sejak lama. Sengaja nggak nyebutin tahun karena takut salah #ngeles. Tulisannya dah bejibun tuh di blognya. Aku disuruh baca sekitar 700-an biji tulisannya, yang boneng aja, bro….ogah ah bisa bintitan nih mata. Tapi aku suka baca cerpennya yang berjudul Titin Baridin. Aku baru tahu kalo tulisannya udah sebanyak itu. Surprise juga jadinya. Ternyata yang aku ajak ngobrol bukan blogger sembarangan. Temanku dah level “blogger kawakan”. Jiper bin minder deh jadinya. Tapi sepertinya aku gak salah alamat deh nanya ke dia tentang web pribadi. Buktinya aku sudah mendapat solusi yang memuaskan, sudah bisa menentukan platform untuk webku, bahkan alamat domainnya sudah fix pula. Semua sudah kukomunikasikan dengan desainer web langgananku Mak Izti yang selalu sabar menampung kecerewetanku. Tinggal nunggu hasilnya nih. Semoga secepatnya aku bisa segera mengumbar kenarsisan di web pribadiku #gubrakkkksssss

Untuk seorang “blogger kawakan” somewhere out there…..thank a lot ya, bro. Jangan bosan-bosan aku recokin dengan segala macam pertanyaan seputar dunia blogging. Dan jangan bosan-bosan melecut gairah menulisku yang masih payah ini.

Sidoarjo, Very early May 5th, 2013