Kenapa Tak Kau Katakan?

Kukatakan padamu disuatu pagi yang cerah
Aku ingin melewati setiap pagi bersamamu
Hanya berbincang saja tentang semuanya
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan lagi menemani pagiku?

Kukatakan padamu disuatu siang yang melelahkan
Aku ingin melewati setiap siang bersamamu
Menyaksikan anak-anak beranjak dewasa
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan lagi menemani siangku?

Kukatakan padamu disuatu sore yang ditingkahi rinai hujan
Aku ingin melewati setiap sore bersamamu
Bercengkeramah di teras menunggu anak-anak pulang
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan lagi menemani soreku?

Kukatakan padamu disuatu malam yang makin larut
Aku ingin menyaksikan pernikahan anak-anak kita bersamamu
Menyaksikan mereka sebahagia kita
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan hadir di sana?

#miss him so much…

Dian Widyaningtyas
Tender Loving Care
Tuesday June 25th, 2013
Jelang pulang kantor

Posted from WordPress for BlackBerry.

Jedaku

Dalam jedaku ada air mata
Dalam jedaku ada rindu tak terobati
Dalam jedaku ada putus asa
Dalam jedaku ada pahit menggigit
Dalam jedaku ada getir memelintir
Dalam jedaku ada cinta dua dunia
Dalam jedaku tiada koma
Pun dalam jedaku….tiada titik

#Rest in peace Belahan Jiwaku..

Dian Widyaningtyas

Tender, Love, and Care

June 19th, 2013

Jelang pulang kantor

Ilalang Kering

Sudah hampir sebulan Nayla terganggu dengan sms, email dan misscall yang bertubi-tubi dari seorang lelaki yang bernama Prasetyo. Entah angin apa yang membuat lelaki dari masa lalunya itu tiba-tiba muncul kembali dalam kehidupan Nayla. Entah sebuah kebetulan belaka atau sudah direncanakan, yang Nayla ingat lelaki itu mulai mengirimkan sms pertamanya dua bulan sejak kepergian belahan jiwa Nayla. Sejak saat itu Nayla merasa semua gerak geriknya tidak lepas dari perhatian Prasetyo dan seolah-olah lelaki itu ada disekitar dia.

Dan puncaknya adalah beberapa menit jelang jam pulang kantor. Tiba-tiba resepsionis memberitahu bahwa ada klien yang ingin bertemu dirinya.

“Prasetyo…!!” suara Nayla seolah tercekat ditenggorokan. Sungguh pertemuan yang tidak pernah terpikirkan olehnya. Lelaki di depannya itu tidak banyak berubah sehingga mudah bagi Nayla untuk mengenalinya kembali.

“Apa khabar, Nay?” sapa Prasetyo dingin sambil mengulurkan tangannya.
“Kaget melihatku, Nay?” sambung lelaki itu dengan senyuman yang sulit diartikan.
Ragu-ragu Nayla menyambut uluran tangan Prasetyo. Jabat tangannya masih seperti dulu, jabat tangan yang mendominasi dan penuh percaya diri.
“Sudah lama kunantikan saat ini, Nay. Saat ketika kau begitu tak berdaya” kata Prasetyo masih dengan nada dingin.
“Apa yang kau inginkan dariku, Prasetyo?” Tanya Nayla lemah.
“Aku menginginkanmu” suara Prasetyo terdengar tegas dan dingin ditelinga Nayla. Nayla mulai ketakutan. Dia sangat tahu seperti apa karakter lelaki dihadapannya.
“Seharusnya dulu kau tidak meninggalkanku, Nay. Tak seorang pun wanita yang memperlakukan aku seperti itu” sambung Prasetyo.
“Kau mulai membuatku tak nyaman, Pras” kata Nayla berusaha menekan amarahnya.
“Dulu aku membiarkanmu pergi, Nay. Tapi sekarang aku tidak akan membiarkanmu pergi. Aku tidak akan pernah melepasmu” Prasetyo memberi tekanan pada kata-katanya.
“Aku masih sangat mencintaimu, Nayla” Prasetyo tak bisa lagi membedakan perasaannya kepada Nayla. Antara cinta dan benci bercampur jadi satu membuncah dihatinya.
“Tinggalkan kantorku sekarang juga, Pras!” pertahanan Nayla hampir jebol. “Baiklah, Nay. Tapi kau akan membayar masa-masa yang telah lalu” Lelaki itu berlalu dari hadapan Nayla. Meninggalkan Nayla dengan pikiran-pikiran yang berkecamuk memenuhi kepalanya.

Brakkk !!!!
Nayla membanting pintu mobilnya. Kemarahan Nayla akhirnya meledak juga tanpa sanggup dia tahan lagi. Hanya itu pelampiasan amarah yang bisa dilakukannya. Bulir-bulir bening mengalir perlahan dari mata Nayla. Semakin lama semakin deras, diikuti bahunya yg terguncang semakin keras. Nayla menangis sepuas-puasnya di dalam mobil. Sesak di dalam hatinya tak sanggup lagi dia tahan. Berharap dengan menangis beban hatinya sedikit berkurang.

Nayla mulai menjalankan mobilnya dengan pelan. Ingatan Nayla kembali kemasa delapan tahun silam. Pada sosok pria yang pernah begitu dia cintai sekaligus dia takuti. Prasetyo adalah sosok lelaki yang posesif. Nayla terpasung dalam sikap posesif Prasetyo. Tapi dia mencoba menikmati pasungan itu, atas nama cinta. Nayla dibutakan oleh rasa cinta dan ketakutan. Berharap suatu saat semuanya akan berubah. Tapi nyatanya Prasetyo adalah sosok egois tak setia yang menuntut cinta Nayla sepenuhnya. Rasa kecewa lah yang telah memberi Nayla keberanian yang luar biasa untuk meninggalkan lelaki itu.

Nayla baru saja membuka pintu rumahnya ketika ada email masuk ke HPnya. Perlahan dia baca email dari lelaki itu…

Nayla…..
Kau bagaikan ilalang kering yang rapuh tak berdaya
Dan aku bisa dengan mudah merenggut ilalang kering itu dengan genggamanku…

Nayla mencoba menenangkan gejolak hatinya.
“Kau salah Prasetyo. Ilalang kering yang kau sangka rapuh tak berdaya ini masih punya sisi tajam yang bisa melukai tanganmu. Ilalang kering ini tidak akan pernah menjadi milikmu. Tidak dulu, tidak sekarang, tidak juga nanti” bisik Nayla penuh percaya diri.

Dian Widyaningtyas
Tender, Love, and Care
02:15 AM June 11th, 2013
It’s rain outside !

Posted from WordPress for BlackBerry.