Masih sesakit dulu
Ketika peristiwa itu telak menamparku
Masih seperih dulu
Ketika kenyataan itu mengiris perasaanku
Kehilanganmu…..hal terkelam dalam perjalanan hidupku
3 Nopember 2013, di tepi malam yang sepi
***
Aku baru saja menutup diaryku ketika ada notifikasi BBM masuk. Aku sudah bisa menebak siapa pengirimnya. Hanya dia yang tahu kebiasaanku yang masih terjaga jelang dini hari begini. Aku masih enggan beranjak dari kursiku untuk mengambil blackberry berwarna putih yang tergeletak di samping bantalku. Aku malah mengambil kembali diary berwarna ungu muda yang tadi sudah kumasukkan dalam laci mejaku. Membukanya secara acak dan membaca lembar demi lembar tulisanku yang tertoreh di sana. Kembali kudengar notifikasi masuk, kali ini lebih keras disertai getaran yang tak kalah kerasnya sebanyak dua kali. Hm….rupanya dia tidak sabar menanti jawabanku sehingga merasa perlu memencet menu “ping” untuk menyita perhatianku. Aku beranjak dari kursiku, mengambil bantal di atas ranjang dan memindahkannya diatas pangkuanku sambil beringsut duduk bersandar pada headboard.
“Belum tidur kan, Raisa?”
“PING !!!”
“Hai…” Aku masih enggan menjawabnya lebih dari tiga huruf itu
“Ngapain aja sih, lama banget jawabnya?”
“Bernapas” Jawabku pendek
“Oh kirain pingsan”
“Pingsan juga bernapas lah. Kalau dah mati, nah itu baru nggak bernapas lagi” Keenggananku mulai hilang.
“Belum ngantuk, Raisa?”
“Belum”
“Kok belum sih? Ngantuk dong…”
“Lha memangnya kenapa kalau aku dah ngantuk?” Tanyaku bingung.
“Agar aku tidak perlu menemanimu begadang dan bisa tidur nyenyak”
“Yeee..kalau mau tidur ya tidur aja, Mas. Jangan pedulikan aku” protesku kepadanya.
“Bagaimana bisa, aku tidak peduli padamu, Raisa?”
“Qiqiqiqiqi….” Kurasa itu adalah jawaban ternetral yang bisa kuberikan kepadanya.
Ah….Isyarat itu sudah beberapa kali kutangkap tiap kami ngobrol baik lewat chat maupun telepon. Tapi entahlah, aku masih enggan untuk menanggapinya.
“PING !!!”
Aku tersadar dari lamunanku.
“Ya…” Jawabku.
“Kok diam sih?”
Aku hanya menjawabnya dengan ikon tersenyum, sebuah jawaban netral yang lain ketika aku bingung mau menjawab apa.
“Aku inigin ke tempatmu, Raisa”
“Kapan?”
“Malam ini”
“Ah yang boneng” Jawabku sekenanya. Tentu dia nggak serius. Setidaknya dia harus menempuh perjalanan satu setengah jam untuk bisa sampai ke tempatku. Dan ini sudah sangat larut malam, ho..ho..ho..tentu tidak mungkin.
“Serius…”
“Mau ngapain sih?” Aku baru ingat kalau aku sedang berhadapan dengan lelaki nekat.
“Aku akan mencuri hatimu karena kau tidak pernah mau memberikannya padaku”
“Aku tahu kau sayang padaku, Raisa” Lanjutnya.
Sebenarnya aku menyukai perhatiannya. Tapi apa yang bisa kuberikan padanya selain hati yang sudah terkoyak. Sejurus kemudian dia menelponku.
“Aku segera kesana”
“Gila kau ya !!” Aku bingung dibuatnya.
“Jika aku sampai ke tempatmu, itu artinya kau harus memberikan hatimu padaku”
Aku masih akan menjawabnya ketika dia menutup telepon dengan tiba-tiba. Kata-kataku menggantung di ujung lidah dan urung terucap.
“Hati-hati di jalan ya” Aku seakan-akan merestui kenekatannya. Beberapa detik kemudian BBM itu terkirim dan terbaca tapi tak dia jawab. Mungkin dia sudah memacu mobilnya sehingga tidak bisa menjawabnya.
Sekian puluh menit berlalu, aku masih termangu dengan posisi yang sama. Iseng aku baca kembali BBM kami barusan. Sebenarnya aku tidak membacanya, aku hanya menggulir kursornya ke atas dan ke bawah. Satu jam berlalu. Hatiku makin tak menentu, entah kenapa. Aku belum siap memberikan hatiku padanya. Tiba-tiba saja kepingan-kepingan perhatiannya berkelebat dalam ingatanku. Membentuk sebuah kolase indah yang menggetarkan hatiku. Tak terasa dua jam sudah berlalu dan dia belum datang juga. Ada perasaan lega. Aku tersenyum sendiri merasa dikerjai olehnya. Rasanya aku ingin tidur nyenyak memeluk mimpiku yang hampir pudar disapu pagi.
***
Aku hendak membuka diaryku dan menuliskan keisengan yang kualami dini hari tadi ketika ada sebuah telepon masuk. Di layar handphoneku terpampang nama salah satu sahabat Mas Adrian.
“Raisa, dini hari tadi Adrian mengalami kecelakaan dan nyawanya tak tertolong” Katanya dengan suara yang bergetar
Aku tak sanggup berkata-kata. Seolah ada yang tercerabut dari hatiku. Sakit sekali rasanya.
Kepergianmu bagaikan sebuah deja vu…
4 Nopember 2013, di pagi yang terkoyak…lagi
Bulir-bulir air mata membasahi lembaran diaryku tanpa bisa kubendung lagi.
***
Dian Widyaningtyas
Tender, Love, and Care
November 5th, 2013. Playing with fiction in the still of the dawn.
tragis endingnya.
keren!
Tengki ya Rif… 🙂
Sedih bgt sih:(.jangan..jangan…
Jangan-jangan pengpri? Hihihi sudah 2 org yg ngira gitu 🙂
Ide ceritanya bagus 🙂
Makasih mbak..semangat belajar dari mbak 🙂
Waah, twist-nya keren nih, Mbak. 🙂
Makasih mbak Ria, blm bisa bikin yg unpredictable nih 🙂
aku suka dgn dialog yg kamu buat, mengalir lancar. ceritanya sendiri cukup menarik meski akhir cerita mudah tertebak. koreksiku cuma seputar EYD aja 🙂
Makasih Bang Riga. Siap belajar EYD nih 🙂
siiip 🙂