Pagi ini
Kutulis puisi rindu untukmu
Pada tanah basah yang bergumul dengan hujan tadi malam
Pada daun hijau yang masih berselimut embun sebening matamu
Pada semilir pagi yang tak pernah bisa mengalahkan lembut belaianmu
Month: May 2014
Tantrum Aisyah
Aisyah adalah anakku yang nomor tiga. Aku memberinya nama Aisyah dengan harapan dia secerdas dan selincah Bunda Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Tahun ini umurnya akan genap delapan tahun. Dibandingkan saudara-saudaranya, Aisyah memang lain. Dia lebih ekspresif. Dia yang selalu memberiku surat-surat pendek bertuliskan “I love you, Mom”, “Mama cantik deh”, “Aku sayang Mama” dan sebagainya yang biasanya dia selipkan diantara meja rias yang berada di kamarku. Atau surat pendek yang berisi “pengakuan dosa” maupun komplain yang bertuliskan “Mama tadi HP mama yang dibawa Kakak Ais ke sekolah dirampas ustadzah”, “Kakak Ais benci Mama”, “Mama nanti malam temani Kakak Ais tidur ya” dan sebagainya yang biasanya dia serahkan ke aku langsung untuk memastikan aku membacanya. Ah…surat-suratnya mampu membuat rasa penatku sepulang kerja tiba-tiba menguap entah kemana, apapun isi suratnya. Aku suka pembawaannya yang ekspresif itu.
Vacuum
Menurut Mbah Google kata vacuum yang merujuk kepada kata benda (noun) bisa diterjemahkan sebagai kekosongan atau kehampaan. Begitulah yang aku alami selama lebih dari sebulan sejak tulisan terakhirku yang berjudul Sepatuku Melayang yang kuposting pada tanggal 18 Maret 2014. Kosong dari kegiatan menulis dan hampa ide. Sebenarnya kalau dibilang hampa ide sih kurang tepat. Karena kenyataannya banyak ide berloncatan di kepala menunggu untuk dituangkan ke dalam rangkaian kata maupun kalimat. Lantas kemana ide-ide itu? Melayang !