Writing Space

Daily Post Prompt

Where do you produce your best writing — at your desk, on your phone, at a noisy café? Tell us how the environment affects your creativity” The daily Post

I thought I could only write in a completely silent place and in the night when the world stood still. Yes I mostly produce my (best? I would rather take this word away from this sentence) writing in such environment. But looking back at those writings I’ve been written in this blog then I realize that it doesn’t matter where I write. I could write at the place as noisy as bazaar. I did it by phone when I had to make an immediate report. I could write at my desk in the office. I did it when the idea came up in a sudden and I just didn’t want to lose it.

The important thing is how I can calm my mind in every environment. When I do that, I feel like having my own space away from anyone and anything. I feel like having my own world. Because encouragement to write can happen everytime and everywhere. So be calm and keep writing.

***

Dian Widyaningtyas

June 28th, 2014

Kutulis Puisi Rindu Untukmu

Pagi ini
Kutulis puisi rindu untukmu
Pada tanah basah yang bergumul dengan hujan tadi malam
Pada daun hijau yang masih berselimut embun sebening matamu
Pada semilir pagi yang tak pernah bisa mengalahkan lembut belaianmu

Continue reading

Tantrum Aisyah

Aisyah adalah anakku yang nomor tiga. Aku memberinya nama Aisyah dengan harapan dia secerdas dan selincah Bunda Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Tahun ini umurnya akan genap delapan tahun. Dibandingkan saudara-saudaranya, Aisyah memang lain. Dia lebih ekspresif. Dia yang selalu memberiku surat-surat pendek bertuliskan “I love you, Mom”, “Mama cantik deh”, “Aku sayang Mama” dan sebagainya yang biasanya dia selipkan diantara meja rias yang berada di kamarku. Atau surat pendek yang berisi “pengakuan dosa” maupun komplain yang bertuliskan “Mama tadi HP mama yang dibawa Kakak Ais ke sekolah dirampas ustadzah”, “Kakak Ais benci Mama”, “Mama nanti malam temani Kakak Ais tidur ya” dan sebagainya yang biasanya dia serahkan ke aku langsung untuk memastikan aku membacanya. Ah…surat-suratnya mampu membuat rasa penatku sepulang kerja tiba-tiba menguap entah kemana, apapun isi suratnya. Aku suka pembawaannya yang ekspresif itu.

Continue reading

Vacuum

Menurut Mbah Google kata vacuum yang merujuk kepada kata benda (noun) bisa diterjemahkan sebagai kekosongan atau kehampaan. Begitulah yang aku alami selama lebih dari sebulan sejak tulisan terakhirku yang berjudul Sepatuku Melayang yang kuposting pada tanggal 18 Maret 2014. Kosong dari kegiatan menulis dan hampa ide. Sebenarnya kalau dibilang hampa ide sih kurang tepat. Karena kenyataannya banyak ide berloncatan di kepala menunggu untuk dituangkan ke dalam rangkaian kata maupun kalimat. Lantas kemana ide-ide itu? Melayang !

Continue reading

Sepatuku Melayang

Jadi begini ceritanya…
Kamis minggu kemarin sepulang dari acara Ngisi Bareng SPT Tahunan di sebuah universitas swasta di daerah Menanggal, hujan begitu derasnya. Dan motorku parkirnya agak jauh dari gedung. So…kloncom juga akhirnya. You know kloncom? Kloncom tuh basah kuyup. Sepatuku juga basah. Tapi gakpapa deh, yang penting khan bisa pulang lebih cepat karena dapat surat tugas. Keesokan harinya sepatu masih basah, so aku pakai sepatu cinderella yang biasanya kusimpan di dalam mobil. Memang di dalam mobilku ada beberapa pasang sepatu dan sandal. Ada dua pasang sepatu kets, sepasang flat shoes, dan dua jenis sandal bertali minimalis. Maklum, aku lebih nyaman kemana-mana pake sandal jepit. Jadi sepatu dan sandal di mobil itu buat jaga-jaga kalau aku harus ke suatu tempat yang tidak sepantasnya aku pakai sandal jepit. Kalau ke kantor sih biasanya aku pakai loafer shoes. Tahu nggak kenapa aku sebut flat shoesku sepatu cinderella? Because I bought one size below the size that fits on me. Jadi tuh sepatu imut banget di kakiku, sampe sakit dipakainya. Makanya jarang-jarang kupakai.

Continue reading

Sorry Seems To Be The Hardest Word

 
What I got to do to make you love me?
What I got to do to make you care?
What do I do when lightning strikes me?
And I wake to find that you’re not there?

What I got to do to make you want me?
What I got to do to be heard?
What do I say when it’s all over?
Sorry seems to be the hardest word.

It’s sad, so sad
It’s a sad, sad situation.
And it’s getting more and more absurd.
It’s sad, so sad
Why can’t we talk it over?
Oh it seems to me
That sorry seems to be the hardest word.

What do I do to make you want me?
What I got to do to be heard?
What do I say when it’s all over?
Sorry seems to be the hardest word.

It’s sad, so sad
It’s a sad, sad situation.
And it’s getting more and more absurd.
It’s sad, so sad
Why can’t we talk it over?
Oh it seems to me
That sorry seems to be the hardest word.

Yeh…Sorry

What I got to do to make you love me?
What I got to do to be heard?
What do I do when lightning strikes me?
What have I got to do?
What have I got to do?
When sorry seems to be the hardest word.

***

tyastlc 

Unforgotten Night as you wake me up and say goodbye….. March 9th, 2014

What do I do when lightning strikes me?

And I wake to find that you’re not there?

And why can’t we talk it over?

#TTR

 

Khadimat

Dulu di rumah mbahku ada seorang wanita paro baya dengan dua anaknya, yang sulung perempuan dan yang bungsu lelaki. Aku masih ingat betul nama-nama mereka, tapi tak usahlah kusebut di sini. Bahkan aku masih ingat betul beberapa momen kebersamaan kami. Waktu itu ayah ibu masih tinggal serumah sama mbah, begitu juga dengan wanita dan anak-anaknya itu. Mereka tinggal di bagian belakang rumah mbah yang memang sangat besar. Aku tidak pernah melihat suami wanita itu. Mungkin dia single parent seperti diriku saat ini. Mbah menyebut dia sebagai batur. Waktu itu aku belum paham arti batur, tapi kalau dilihat dari arti kata “dibaturi” yang berarti ditemani, aku menyimpulkan bahwa mereka adalah teman. Teman untuk mbah putri ketika beraktifitas di dapur. Teman mbah putri untuk ngobrol-ngobrol ketika rumah sebesar itu sepi karena ditinggal mbah kakung kerja dan anak-anaknya sekolah. Sedangkan anak-anak wanita itu menjadi teman bermain om-om dan tante-tanteku. Aku tidak ingat waktu itu apakah mereka sekolah atau tidak. Ketika aku mulai bisa jalan, anak-anak wanita itu bertugas untuk momong aku. Walau mbah putri dan ibuku tidak bekerja, tapi mbah kakung selalu menyediakan batur untuk keluarganya. Di kemudian hari ketika mbah sudah bisa merelakan ayah dan keluarga kecilnya ngontrak rumah sendiri pun, ayah selalu menyediakan batur untuk ibu walo ibuku tidak bekerja dan sangat banyak waktu untuk mengurusi rumah dan anaknya. Mungkin karena kultur di keluarga ayahku seperti itu.

Continue reading

Duhai

Taken from Bing

Taken from Bing

Duhai jiwa yang tenang
Dimanakah akan kutemukan dirimu?
Apakah diantara semilir angin yang meningkahi senyapnya malam?
Ataukah diantara redupnya sinar rembulan yang membuai pucuk-pucuk dedaunan?
Entahlah…

***

 

Dian Widyaningtyas
Tender, love, and care
Di ujung malam yg sunyi, sepi dan sendiri.
Januari 8th, 2013

Posted from WordPress for BlackBerry.

BBM Channel for Your Marketing Tool

Sejatinya sudah beberapa ulasan tentang gadget yang saya tulis tetapi selalu saja urung diupload ke blog karena kurang percaya diri. Akhirnya malam ini Ratu Gadget (julukan yang diberikan teman-teman kepada saya) memberanikan diri untuk mengupload sebuah tulisan yang temanya sangat berbeda dari biasanya, yaitu seputar memaksimalkan fungsi gadget. Tentu saja dengan gaya penulisan yang juga berbeda dari biasanya. Biasanya saya selalu membahasakan diri dengan sebutan “aku” disetiap tulisan, tapi untuk Kategori Gadget Freaks sepertinya sebutan “saya” lebih enak dilafalkan.

Continue reading

A Simple Live Music Show

live music

Lir ilir..lir ilir

tanduri wes sumilir

tak ijo royo-royo tak senggu temanten anyar…

Continue reading