Masih Tentang Dirimu

cry

Malam ini senandung rindumu menjajah pikiranku

Selalu ada getir tiap mendengarnya

Kau tau itu

Leleh air mata tak ingin kususut

Biarlah!

 

Sejuta rasa merangsek dalam dada

Berontak

Mengaduk-aduk

Berloncatan kesana kemari

Hendak lari

Diam! kataku

Lalu dia terdiam

Pilu

 

Buang saja kenapamu

Biarkan aku puas menangis

Ada wajahmu ditiap linangannya

Ada senyummu ditiap tetesannya

Masihkah berarti bagimu?

 

 

Dian Widyaningtyas

Tender Loving Care

From sleepless night ’till touch the dawn, October 3th, 2013

Picture from this site

 

Mencarimu

stock-photo-moon-and-stars-outside-old-window-1526748

Mencarimu diantara sepinya malam yang merambati jendela kamarku yang tiada henti bernyanyi lirih

Nyanyiannya pilu menelusup ke dalam dinding-dinding hatiku

Merangsek ke dalam bilik-biliknya

Acuhkan diriku yang hanya bisa menunggu

Tak kutemukan jawabnya di sana

Bahkan jendela itu hanya menggeleng perlahan

Sudahlah !

Tak ingin kubertanya lagi padanya

 

Mencarimu diantara gelap malam yang coba dirayu rembulan kesepian dengan sinarnya yang lembut yang dia pinjam dari kekasihnya yang lebih dulu pulang ke peraduan

Mereka terlalu sibuk bercumbu

Saling peluk dan berpagut mesra

Acuhkan diriku yang hanya bisa termangu

Tak kutemukan jawabnya di sana

Bahkan rembulan itu tidak melihatku sama sekali

Sudahlah !

Tak ingin kubertanya lagi padanya

 

Mencarimu diantara angin malam yang meninabobokkan dedaunan yang sedari siang tadi bermain-main dengan matahari

Masih saja dedaunan itu enggan terlelap

Mereka  ingin terus menari

Meliuk-liuk binal diterpa cahaya gemintang centil di langit temaram

Acuhkan diriku yang hanya bisa terguguh

Tak kutemukan jawabnya di sana

Bahkan dedaunan itu sesekali mengejekku dengan berdesah manja pada angin malam

Sudahlah !

Tak ingin kubertanya lagi padanya

 

Dan aku masih mencarimu

Entah kemana lagi

Mungkin dalam relung hatiku

Yang banyak menyimpan senyummu

Juga candamu

Entahlah……..

 

 

Dian Widyaningtyas

Tender, Love, and Care

Mencarimu hingga terdampar di awal hari, September 23th, 2013

Jadilah Aku Kehendakmu

Sonata

Tercerabut dari peraduan di tepi malam

Menikmati lagu sunyi  semesta yang masih pulas

Ditingkahi kecipak air kran bocor yang enggan jatuh

Menciptakan sonata cinta yang hampir usang

Ada kau disana diantara sonata cinta itu

Seolah memangilku untuk mencumbui malam senyap

Tak kuasa kutolak pintamu yang seumpama titah raja

Kau jadikan aku air

Maka jadilah aku air penawar dahaga jiwamu

Kau jadikan aku angin

Maka jadilah aku angin pengusir lelah jiwamu

Kau jadikan aku pagi

Maka jadilah aku pagi yang memeluk jiwamu

Kau jadikan aku malam

Maka jadilah aku malam yang membelai  jiwamu

Kau jadikan aku api

Maka jadilah aku api yang membakar gelora jiwamu

Karena dirimu  seumpama raja di hatiku

 

 

Dian Widyaningtyas

Tender Loving Care

Di tepi malam yang hampir usang, September 19th, 2013

Gambar diambil dari sini

Cinta yang Layu

Jangan salahkan dia jika berlalu               Layu

Salahkan hatimu yang terlalu angkuh

Kau kira dia akan tahu

Apa yang tersembunyi di dalam hatimu

Akhirnya kau hanya bisa tergugu

Merasai cinta yang harus layu

 

 

Dian Widyaningtyas

Tender, Love, and Care

In the still of the night on very early September 16th, 2013

Pict is taken from this

Kidung Rindu

Membelai seraut samar di keheningan malam

Memagut seulas senyum semu yang telah merenda rasa di dada

Mencumbui sesosok bayangan yang hanya terjangkau angan

Memunguti getar gairah yang tak pernah nyata

Atas nama cinta maka rindu ini ada

Walau dirimu tak pernah mewujud nyata

 

 

 

Dian Widyaningtyas
Tender, Love, and Care
Menjemput pagi dalam sepi, 
September 5th, 2013

Posted from WordPress for BlackBerry.

Impian

Kuingin mengajakmu ke pulau impian           impian

Membangun istana impian

Bersenda gurau di bawah hangatnya sinar mentari impian

Bercengkrama di bawah lembutnya sinar rembulan impian

Sampai kita sadari semuanya hanyalah impian

 

 

Dian Widyaningtyas

Tender Loving Care

Jelang sore bersama tawamu, August 30th, 2013

Pict is taken from this

Cinta

Cintamu seumpama bayang-bayang ilusi

Menggapainya adalah lelah

Lalu kuputuskan untuk membiarkannya tak tergapai

Membiarkan cintaku menari-nari sendiri di ruang hati

Lantas cinta macam apakah yang tak ingin memiliki?

 

 

 

Dian Widyaningtyas
Tender, Love, and Care
Let’s talk ’bout love in the middle of sunny day, August 29, 2013

Posted from WordPress for BlackBerry.

Puisi Kepada Kawan

Sungguh rasa sayang sulit hilang
Walo masa sudah banyak berbilang
Biarkan saja dia tak mau melayang
Peluklah dia dalam hatimu yg tenang

—–

Musikmu syahdu mengharu
Yang hanya membuat hatimu membiru
Yak inginkah kau gembira
Dengan musik suka cita

—–

Ketika sapayku patah
Dan ketika sayapmu patah
Tak perlu ditanya kenapa
Semuanya tetaplah luka

—–

Hatimu sudah tertutup bagi tipu daya
Tapi dirimu hidup dalam khayalan indah
Tak lain hanyalah fatamorgana
Yang membuaimu sepanjang masa

—–

Jangan hiraukan luka
Tak usah kau takut
Akan selalu ada cinta
Yang rela membalut

—–

Wahai sayap patah
Tak bisa kau pungkiri adanya dua cinta
Begitulah adanya rasa
Yang bersemayam di dalam dada

Lukamu tak akan sirna
Jika masih kau peluk masa lalu
Biarkan saja cinta ada
Tak perlu lama menunggu

—–

Ingat temans ini bukanlah puisi cinta
Antara sayap patah yang disini dan disana
Tak lain hanyalah bahasa kalbu
Antara dua hati yang sama-sama biru

—–

Puisi ini adalah puisi spontanitas yang kutulis di sebuah forum intern kantor. Sebuah nasehat untuk temanku, terlebih untuk diriku sendiri, setelah kutahu bahwa kami mengalami hal yang sama.

Ketika sapayku patah
Dan ketika sayapmu patah
Tak perlu ditanya kenapa
Semuanya tetaplah luka

 

Dian Widyaningtyas

Tender Loving Care

Disebuah sore yang kosong, August 26th, 2013

 

Sayapku Tlah Patah

genggaman tanganmu 20130227-0810 (1)

Tahukah engkau momen apa yang sangat menggoreskan luka dalam perjalanan hidupku?
Adalah momen ketika aku kehilangan dirimu dengan sangat tiba-tiba.
Tahukah engkau momen apa yang begitu ingin kuhapus dalam ingatanku?
Adalah momen ketika engkau meninggalkanku tanpa sepatah kata pun.
Dan momen itu terus menari-nari dalam ingatanku tanpa mempedulikan aku yang begitu tersika.
Seolah diriku ini seorang yang mati rasa minus air mata.

Tahukah engkau hari itu kurasakan semua begitu indah?
Bahkan siang itu kecupanmu yang berulang-ulang di pagi hari masih menyisahkan hangat dikeningku
Tahukah engkau sebab itulah hariku saat itu terasa indah dan berbunga-bunga?
Bagaikan gadis muda yang sedang dimabuk cinta pertama

Siang itu pula seseorang memintaku segera datang ke tempatmu karena sesuatu telah terjadi padamu
Tahukah engkau kabar yang kudengar siang itu tidak bisa sepenuhnya masuk dalam nalarku?
Tahukah engkau bahwa aku sudah merasakan sesuatu yang sangat buruk sedang terjadi disana?
Tahukah engkau bagaimana kutekan perasaanku ketika harus kupacu mobilku ke tempatmu?
Ingin rasanya aku segera terbang ketempatmu dan berada di sampingmu

Tahukah engkau bagaimana perasaanku saat melihatmu terbaring tak sadarkan diri di sana?
Sekuat tenaga aku mencoba untuk tidak merasakan apapun
Sekuat tenaga kubunuh semua rasa yang ada
Dan kuyakinkan diriku bahwa engkau akan sadar kembali dan kita akan segera pulang
Tapi engkau masih terbaring diam dan bisu

Tahukah engkau bagaimana perasaanku saat mereka menjelaskan keadaanmu?
Aku diam mematung menekan segala rasa
Masih kuberusaha membunuh segala rasa itu
Mereka bilang aku tegar menerima kenyataan
Padahal saat itu hatiku mulai terkoyak

Tahukah engkau apa yang kulakukan ketika kubersujud di mushollah dekat kamar tempatmu terbujur diam membisu?
Aku begitu congkak meminta Allah untuk memberimu kesembuhan
Aku begitu yakin engkau akan sembuh dan aku akan segera membawamu pulang

Tapi sampai larut malam pun engkau masih diam membisu
Perawat disana berusaha mengusirku dengan halus agar aku meninggalkanmu tapi aku bergeming
Perawat disana berbisik kepada perawat yang lain “sampai kapan?”
Tahukah engkau saat itu rasanya ingin sekali kutampar mulut perawat tak punya perasaan itu
Tak bolehkah aku berharap walau dimata mereka engkau tak lagi punya harap?

Tahukah engkau saat itu rasanya waktu berlalu begitu lambatnya?
Tahukah engkau saat itu detik demi detik begitu menyiksaku?
Ingin rasanya pagi segera tiba dan mengakhiri semua mimpi buruk itu
Dalam diam kita akhirnya kusadari salahku
Tidak seharusnya aku congkak meminta kesembuhanmu seolah aku tahu apa yang terbaik untukmu
Seharusnya aku meminta apa yang terbaik untukmu walau itu akan sangat menyakitkan untukku

Saat malam beranjak menjemput dini hari…
Dengan terbata-bata kubaca surat Al Fajr di dekat telingamu
Surat yang sedari tadi tak ingin kuperdengarkan kepadamu
Tak bisa kutahan lagi air mataku ketika hampir sampai dibagian akhir surat itu
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-NYA. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKU. Masuklah ke dalam surgaKU”
Kubisikkan ayat-ayat itu berulangkali di dekat telingamu sambil kugenggam jemarimu

Tahukah engkau bagaimana rasanya saat kubaca ayat-ayat itu berulang-ulang?
Rasanya seperti menyerahkanmu kepada malaikat maut
Dan kita pun menangis bersama-sama
Kuhapus air mata yang menggenang di matamu yang terpejam
Lalu kubisikkan ditelingamu bahwa aku merelakanmu pergi
Kuhapus lagi air mata yang menggenang lagi di matamu yang terpejam
Setelah itu tak ada lagi air mata di sana
Wajahmu begitu tenang seolah engkau sudah sangat siap menghadap Sang Khalik

Waktu berlalu dan semua masih sama seperti saat engkau memasuki kamar itu
Tahukah engkau begitu banyak yang datang untuk mendoakanmu?
Jelang malam itu, ketika anak-anak akhirnya berkumpul mengelilingimu…
Engkau akhirnya meninggalkan kami untuk selama-lamanya

Sayapku tlah patah !
Allah…Allah…Allah…Allah…Allah hanya itu yang mampu kubisikkan agar aku tetap kuat berdiri diatas kakiku yang mulai goyah
Allah…Allah…Allah…Allah…Allah hanya itu yang mampu kuucapkan agar aku tetap kuat menahan tubuhku yang mulai limbung seolah hendak terbang bersamamu

Tahukah engkau bahwa hari-hariku tanpamu adalah air mata
Bahkan air mata itu bisa merebak tiba-tiba tanpa permisi
Tahukah engkau bahwa hari-hariku tanpamu adalah duka
Bahkan duka itu masih sangat terasa diatara canda dan tawaku

Sayapku tlah patah !
Biarkan saja aku menangis, entah sampai kapan
Tangisan itu bukan berarti aku putus asa
Biarkan saja aku berduka, entah sampai kapan
Kedukaan itu bukan berarti aku kalah

Sayapku tlah patah !
Tapi hanya sayapku saja yang patah
Engkau akan lihat aku masih sanggup berdiri tegar
Bahkan engkau akan lihat aku masih sanggup terbang dengan sayapku yang patah
Membawa anak-anak kita menggapai impian yang pernah kita lukis diatas awan
InsyaAllah….

“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-NYA. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKU. Masuklah ke dalam surgaKU”

Selamat Ulang Tahun Belahan Jiwaku….seharusnya ini ulang tahunmu yang ke 44 tahun..

Dian Widyaningtyas
Tender Loving Care
Late night, July 27th, 2013

Kenapa Tak Kau Katakan?

Kukatakan padamu disuatu pagi yang cerah
Aku ingin melewati setiap pagi bersamamu
Hanya berbincang saja tentang semuanya
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan lagi menemani pagiku?

Kukatakan padamu disuatu siang yang melelahkan
Aku ingin melewati setiap siang bersamamu
Menyaksikan anak-anak beranjak dewasa
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan lagi menemani siangku?

Kukatakan padamu disuatu sore yang ditingkahi rinai hujan
Aku ingin melewati setiap sore bersamamu
Bercengkeramah di teras menunggu anak-anak pulang
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan lagi menemani soreku?

Kukatakan padamu disuatu malam yang makin larut
Aku ingin menyaksikan pernikahan anak-anak kita bersamamu
Menyaksikan mereka sebahagia kita
Engkau hanya tersenyum sambil memandangku
Kenapa tak kau katakan kau tak akan hadir di sana?

#miss him so much…

Dian Widyaningtyas
Tender Loving Care
Tuesday June 25th, 2013
Jelang pulang kantor

Posted from WordPress for BlackBerry.