2014 in Review

The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2014 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

A San Francisco cable car holds 60 people. This blog was viewed about 1,600 times in 2014. If it were a cable car, it would take about 27 trips to carry that many people.

Click here to see the complete report.

I hope it will be better in 2015.

Khadimat

Dulu di rumah mbahku ada seorang wanita paro baya dengan dua anaknya, yang sulung perempuan dan yang bungsu lelaki. Aku masih ingat betul nama-nama mereka, tapi tak usahlah kusebut di sini. Bahkan aku masih ingat betul beberapa momen kebersamaan kami. Waktu itu ayah ibu masih tinggal serumah sama mbah, begitu juga dengan wanita dan anak-anaknya itu. Mereka tinggal di bagian belakang rumah mbah yang memang sangat besar. Aku tidak pernah melihat suami wanita itu. Mungkin dia single parent seperti diriku saat ini. Mbah menyebut dia sebagai batur. Waktu itu aku belum paham arti batur, tapi kalau dilihat dari arti kata “dibaturi” yang berarti ditemani, aku menyimpulkan bahwa mereka adalah teman. Teman untuk mbah putri ketika beraktifitas di dapur. Teman mbah putri untuk ngobrol-ngobrol ketika rumah sebesar itu sepi karena ditinggal mbah kakung kerja dan anak-anaknya sekolah. Sedangkan anak-anak wanita itu menjadi teman bermain om-om dan tante-tanteku. Aku tidak ingat waktu itu apakah mereka sekolah atau tidak. Ketika aku mulai bisa jalan, anak-anak wanita itu bertugas untuk momong aku. Walau mbah putri dan ibuku tidak bekerja, tapi mbah kakung selalu menyediakan batur untuk keluarganya. Di kemudian hari ketika mbah sudah bisa merelakan ayah dan keluarga kecilnya ngontrak rumah sendiri pun, ayah selalu menyediakan batur untuk ibu walo ibuku tidak bekerja dan sangat banyak waktu untuk mengurusi rumah dan anaknya. Mungkin karena kultur di keluarga ayahku seperti itu.

Continue reading

Move On

Move on…adalah sebuah frasa yang akhir-akhir ini semakin sering aku dengar. Baik dibisikkan dengan lembut ke telingaku, maupun diteriakkan dengan sangat keras di depan hidungku.  Sebuah frasa yang kudapatkan dari teman dan sahabat, baik yang selalu bertemu muka denganku, maupun yang hanya bersua melalui media maya. Tak ada yang salah dengan frasa itu….sama sekali tidak ada yang salah. Pun aku yakin tak ada maksud lain frasa itu mereka ucapkan selain pengharapan agar aku melanjutkan hidupku seperti sedia kala setelah peristiwa yang menggoreskan luka di hati dengan sangat dalam.

 move-on

Move on….bagi sebagian temanku adalah manakalah aku membuka hati untuk kehadiran seseorang yang akan mengisi hari-hariku, menemaniku menjalani kehidupan yang keras ini. Move on…..bagi sebagian temanku yang lain adalah manakala aku melanjutkan hidupku dan tidak lagi bermuram durja menangisi luka yang masih mengangah. Semua untuk kebaikanku, aku yakin itu. Pasti !

Tapi saat ini, cukuplah hidupku saja yang move on. Aku sudah bisa melanjutkan hidupku walau rasa sakit masih saja terasa disudut hati yang terdalam. Rasanya tidak ada yang berubah dengan hidupku, kecuali ketiadaan sosok lelaki penyabar bersahaja penuh cinta dan menghormatan disampingku. Semua berjalan seperti biasa. Adalah terlalu dini jika saat ini  membicarakan move on hati. Move on hati tidaklah semudah move on hidup. Aku jadi bertanya-tanya apakah ada yang salah ketika hatiku tidak/belum bisa  move on? Dimanakah letak salahnya? Membolak-balikkan hati tidaklah semudah membolak-balikkan telapak tangan.  Berbicara tentang move on….cukuplah hidupku saja yang move on, belum hatiku…..

Dian Widyningtyas

Tender Loving Care

Bakal menunggunya lembur, August 26th, 2013

Picture is taken from this

Eforia Baju Baru

Hari Sabtu kemarin menjadi hari yang melelahkan karena aku harus ke sekolah mengambil baju seragam dan membeli buku-buku pelajaran untuk anak-anak. Ditambah lagi masih harus menunggu sulung selesai MOS sampai waktu dhuhur. Rencana ke Giant hari itupun akhirnya dibatalkan. Nyampe rumah rasanya ingin segera merebahkan badan yang penat ini ke peraduan. Tapi tiba-tiba ada panggilan masuk ke handphone fleksiku. Biasanya aku enggan menerima panggilan telepon di jam istirahat , tapi siang itu aku tergerak untuk segera mengangkat telepon yang sudah berdering agak lama. Nomornya tidak terdaftar, tapi dari area sekitar Sidoarjo juga.

“Assalamu’alaikum” suara lelaki di ujung sana
“Waalaikum salam…” Jawabku sambil bertanya-tanya siapakah gerangan
“Apa benar ini yang jual baju muslim?” Tanya lelaki itu
“Iya pak” jawabku pendek
“Bu, saya tadi mencatat nomor ini waktu lewat di depan rumah Ibu” Hmmm…memang di depan rumah ada banner Butik Zahrah.
“Saya mau membelikan baju muslim untuk anak saya. Anak saya kelas 1 SMP dan umur 6 tahun. Ada nggak, Bu?”
“Ada pak, datang saja ke toko, biar anak-anaknya bisa milih sendiri”
“Tokonya di sebelah mana?” Tanya bapak itu.
“Di depan gerbang komplek perumahan, di seberang pos satpam, Pak. Toko saya yang nggak ada bannernya” Jawabku panjang lebar.
“Oh itu toko Ibu ya. Iya saya tahu tokonya. Kalau yang merk biasa-biasa saja kira-kira sampai berapa ya, Bu, harga dua baju? Saya sudah janji membelikan anak-anak baju baru” kata bapak itu ragu.
Aku mulai bisa menangkap maksud bapak itu dan kebingungan menjawabnya. Sambil mengingat-ingat harga baju muslim anak-anak yang ada di tokoku, semua diatas dua ratus ribu rupiah. Memang rata-rata segitu harga baju muslim anak-anak.
“Hari Senin datang aja ke toko untuk melihat-lihat, Pak. Hari Sabtu dan Minggu tokonya tutup. Jangan khawatir, ada diskonnya kok”
“Baik Bu, hari Senin saya ke sana. Terimakasih, Bu. Assalamua’alaikum”
“Waalaikum salam” jawabku sebelum menutup telepon.

Telepon bapak itu mengurungkan niatku untuk tidur siang. Allah….aku mulai bisa meraba kondisi bapak itu. Seorang bapak yang kondisi keuangannya pas-pasan yang ingin sekali melihat binar-binar bahagia anak-anaknya ketika menerima baju baru untuk lebaran nanti. Aku jadi teringat waktu aku kulakan barang dagangan hari Jumat sebelumnya. Ada seorang ibu yang membelikan anaknya baju muslim. Setelah baju itu terbeli, betapa girangnya gadis kecil itu sambil memberikan ciuman suka cita kepada ibunya. Ibunya pun tampak bahagia bisa membuat anaknya senang.

Orang tua mana yang tidak menyukai momen seperti itu? Bagi sebagian kita mungkin bisa kapan saja membelikan baju baru untuk anak-anak sehingga hal seperti itu menjadi hal biasa bagi kita. Tapi bagi sebagian yang lain, yang tidak seberuntung kita, mungkin hanya bisa menyisihkan sebagian rizki untuk membelikan baju baru anak-anaknya disaat menjelang lebaran. Semoga Allah senantiasa memberikan rizki yang berlimpah kepada mereka. Amin…

Dian Widyaningtyas
Tender Loving Care
Very Early July 22, 2013

Posted from WordPress for BlackBerry.

Lembaran Baru

Adikku…
Hari ini, 31 Mei 2013 janji suci telah terucap dari seorang lelaki yang sekarang menjadi belahan jiwamu. Barakallah atas pernikahan kalian. Semoga pernikahan membuat kalian jauh lebih baik dari saat kalian masih sendiri.

Adikku…
Janji suci yang terucap hari ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan ujian. Ada kalanya kalian diuji dengan kekurangan. Ada saat-saat tertentu kalian diuji dengan kesetiaan. Ada masanya kalian diuji dengan sakit. Ingatlah adikku, berat ringannya ujian-ujian itu tergantung bagaimana kalian menilainya. Tetaplah berprasangka positif pada Allah atas semua ujian yang kelak akan menimpa kalian. Ujian-ujian itu akan mengokohkan ikatan suci kalian selama kalian saling percaya dan tidak saling menyalahkan.

Adikku…
Janji suci yang terucap hari ini menempatkanmu sebagai seorang istri dari lelaki pilihanmu. Seorang perempuan, setinggi apapun pendidikannya, sekuat apapun posisinya, jika dia menerima seorang lelaki untuk menjadi suaminya, maka dia harus tunduk pada sang suami selama tidak bermaksiat terhadap Allah. Maka dari itu adikku, engkau harus bisa menempatkan diri sebagai istri. Tunduklah pada suamimu. Pasrahkan cintamu, jiwamu, ragamu, hormatmu, pengabdianmu, sepenuhnya pada suamimu. Sebab dengan begitu Allah akan senantiasa tumbuhkan rasa cinta dihati suamimu.

Adikku….
Pernikahan adalah penyatuan dua jiwa yang berbeda. Perbedaan akan membuat gesekan yang akan memercikkan api yang bisa kapan saja memberangus cinta kasih kalian. Karena itu adikku, bijaksanalah menghadapi perbedaan kalian. Komunikasi dan keterbukaan masing-masing dari kalian akan membuat berbedaan diantara kalian bisa saling melengkapi dan mengisi.

Adikku….
Sebagai seorang istri, engkau harus memiliki kesabaran seluas samudra yang seolah tak bertepi. Kesabaranmu akan meluluhkan kerasnya hati suamimu. Pun engkau harus memiliki kata maaf tak terkira banyaknya. Meminta maaf atas perselisihan-perselisihan kalian tidak akan menempatkanmu pada posisi bersalah. Karena tidak perlu dicari siapa yang benar dan siapa yang salah dalam perselisihan itu. Yang perlu dicari adalah solusi yang cerdas. Kata maafmu akan membuat suamimu sangat menghormatimu sebagai seorang yang berjiwa besar.

Adikku….
Mencintai dan memiliki seseorang berarti engkau harus siap kehilangan dia. Janganlah engkau terlena karena Allah bisa kapan saja mengambil orang yang engkau cintai. Maka dari itu adikku, cintailah suamimu dengan sebenar-benarnya cinta hingga Allah memisahkan kalian.

Adikku…
Selamat membuka lembaran baru dalam hidupmu. Semoga pernikahanmu sakinah mawaddah wa rahma.

#Sebuah renungan untuk adikku Intan Wahyuningtyas

Dian Widyaningtyas
Tender Love and Care
May 31th, 2013
On a rainy afternoon at Jombang

Posted from WordPress for BlackBerry.