Roda Gila

Secuil catatan dari secuil kegiatan ICV dan IHT

Ini pengalaman saya ketika mengikuti  kegiatan outbond di salah satu hotel di daerah Batu sehari yang lalu.  Outbond adalah kegiatan yang tidak begitu saya sukai.  Alasannya sangat sederhana, karena masih sedikit penyelenggara outbond yang memperhatikan etika islami dalam berbagai permainannya.  Sampai dengan saat ini, baru dua kegiatan outbond yang saya ikuti dan dua-duanya karena terpaksa.  Saya akan sangat menikmati jika permainannya semisal flying fox, berjalan diatas titian tali, memindahkan obyek tanpa menyentuh obyek tersebut dan permainan-permainan lain yang tidak mengharuskan saya berinteraksi secara fisik dengan lawan jenis saya.

Sehari yang lalu adalah kali kedua saya mengikuti outbond.  Pada awalnya semua permainannya ringan-ringan saja.  Saya dan kelompok saya yang kurang lebih berjumlah enam belas orang harus membawa sebatang bambu ke suatu tempat.  Dan selama outbond berlangsung bambu ini tidak boleh menyentuh tanah bagaimanapun caranya.  Permainan pertama, kami diharuskan membawa paralon panjang tanpa menyentuhnya.  Jadi kami berpasangan kiri kanan membawa paralon tersebut dengan  seutas tali melewati berbagai rintangan yang sudah dipasang.

Permainan kedua adalah Roda Gila, begitu penyelenggara outbond menyebutnya.  Ada terpal lebar dan isolasi besar yang sudah disediakan buat kami. Tugas kami adalah membentuk terpal tersebut menjadi seperti roda, dan kami harus masuk ke dalam lingkaran roda terpal tersebut dan berjalan mengelilingi lintasan yang sudah disediakan.  Lintasannya melingkar, ada tanjakan dan turunan.  Diameter roda terpal tersebut terlalu kecil untuk kami berenam belas. Padahal kelompok lain ada yg jumlahnya sampai dua puluh orang.  Kecilnya diameter roda terpal dan banyaknya jumlah orang yang harus masuk ke dalam roda terpal tersebut mengharuskan kami berdesak-desakan di dalam roda terpal tersebut.  Ketika roda terpal tersebut mulai beringsut maju, tak ayal lagi badan kami semakin merapat tidak perduli apakah itu perempuan atau laki-laki.  Belum sempat roda terpal beringsut lagi saya memutuskan untuk keluar dari kegilaan tersebut dengan segala resikonya.  Satu coretan mendarat di wajah saya atas “kesalahan” tersebut.  Saya tidak perduli jika saya disebut tidak kompak, tidak mau bekerjasama bla..bla..bla… I think there are so many other games to reflect those positive values.

Ketika saya berhasil keluar dari kegilaan si Roda Gila….MasyaAlloh…ada beberapa  “pemandangan”  tidak patut yang tertangkap mata saya.  Saya melihat lengan seorang akhwat tersingkap. Rupanya dia hanya memakai deker panjang untuk menyambung kaos lengan pendek yang disediakan panitia.  Saya yakin tidak hanya mata saya yang menangkap kejadian tersebut.  Dan tentu saja akhwat tersebut tidak menyadari kejadian itu karena dia larut dalam kegilaan SI Roda Gila.   Ada lagi kejadian di kelompok lain yang sambungan isolasinya sedikit terbuka. Bukan kepala-kepala anggota kelompok itu yang menyembul dari sambungan terpal yang terlepas, tapi bagian belakang seseorang yang sedang dalam posisi nungging sembilan puluh derajat.  Pemandangan tersebut membuat peserta lain yang sudah berhasil menyelesaikan misinya tertawa terpingkal-pingkal.  Setelah saya yakin bahwa itu adalah bagian belakang seorang perempuan, saya tepuk bagian belakangnya supaya dia sadar kalau posisi dia yang seperti itu terlihat oleh orang lain.  O…la…la…ternyata seorang akhwat (lagi). Saya jadi kasihan melihatnya.  Tentu masih banyak “pemandangan” tidak patut yang disuguhkan kelompok-kelompok lain tanpa mereka sadari.  Karena permainan Roda Gila sangat memungkinkan kejadian tersebut.  Hal-hal seperti inilah yang membuat saya tidak begitu menyukai kegiatan outbond.

Saya tidak sedang memprovokasi  teman-teman akhwat untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut.  Adalah hak mereka untuk ikut ataupun tidak.  Sebenarnya outbond adalah kegiatan positif jika penyelenggara mau memperhatikan etika-etika islami dalam setiap permainan yang diberikan ke peserta.  Yang saya sesalkan kenapa panitia yang notabene teman-teman saya sendiri tidak bisa memilih mana-mana permainan yang “aman” dimainkan seorang akhwat.  Aman dalam arti bisa menjaga seorang akhwat untuk tidak berinteraksi fisik sebegitu dekatnya dengan lawan jenis.  Permainan lain yang harus kami lalui adalah mendirikan bangunan dari sebungkus sedotan, mendirikan tiang bendera dari tiga batang bambu tanpa menancapkan bambu tersebut ke tanah, dan permainan-permainan lain yang relatif aman bagi seorang akhwat.  See….masih banyak permainan lain yang lebih “aman”  kan????

One thought on “Roda Gila

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s